May 24, 2017

Khawatir.

Ya Tuhan,
Saya tidak tau lagi harus bertanya kepada siapa, bagaimana saya harus bersikap di tengah-tengah dunia yang sedang mengalami kehancuran ini. Semua saling sikut-menyikut, yang penting takhta tidak terganggu. Semua saling menyakiti, dengan alasan "saya juga disakiti dulu, dunia memang begitu".

Mencoba untuk tidak memperkeruh suasana, dan menjalani passion untuk memberikan kontribusi nyata. Tapi nyatanya dunia ini terlalu bising, bukan tempat yang tentram untuk menjalani passion.

Lagi pula, memberikan kontribusi di luar politik serasa bermain biola di sebuah panggung di tengah-tengah badai dan gempa. Seperti berkarya sambil menutup telinga. Ada tangisan seribu umat yang harus diberi pertolongan NYATA. Setelah saya pikir-pikir, membuat karya-karya yang sekalipun meneriakan aspirasi tidaklah ada guna nya. Kejahatan-kejahatan tidak ngaruh dengan sindiran. Kejahatan harus diberantas dengan kedisiplinan super tinggi. Anti toleransi terhadap sedikitpun kejahatan. Tegas, kalau perlu bunuh dalang-dalang kejahatan tersebut.

Selamatkan hati-hati yang masih murni. Tunggangi dengan kebaikan. Sebenarnya itulah yang menurut saya menjadi jawaban dari segala permasalahan ini.

Sebagai desainer grafis, awalnya saya masih memiliki harapan bahwa suatu hari nanti ketika sudah berilmu dan siap untuk membawa perubahan, saya akan membagikan ilmu dan ikut dalam garis terdepan untuk perubahan tersebut. Tapi nyatanya benar, tidak ada kontribusi yang lebih nyata dibanding memberantas dalang-dalang jahat itu dulu, baru dunia ini akan menjadi tempat yang berfungsi. Sekarang apa gunanya membeli bensin super mahal, aki berkualitas, apabila mesin-mesin mobil itu sendiri saja rusak?

Pemerintahan ibarat mesin mobil tersebut. Dan kita semua, kita berkarya lewat passion dan semangat kita, kita bisa mempercantik mobil tersebut. Tapi bagaimana kalau mesin nya sendiri ngga jalan dengan baik?

Tuhan, saya tidak tau harus apa.
Saya tidak tau kontribusi apa yang harus saya berikan untuk dunia ini, di tengah peperangan saudara ini. Mahasiswa berumur 20 tahun. Rasanya mau bergerak, tapi tidak mempunyai kuasa apapun, apalagi melihat diri sendiri masih belum memiliki modal yang cukup. Tapi, saya sangat ingin mendukung perubahan tersebut.

Akhir-akhir ini banyak ungkapan "Tuhan tidak tidur". Tapi Tuhan, semakin hari dunia ini semakin hancur. Dimana kah dirimu? Apakah memang ini tanda bahwa dunia ini harus berakhir dan kau akan datang untuk kedua kali nya? Akankah ada titik terang dari semua rangkaian kegelapan ini?

Tuhan, tolong, jangan biarkan kegelapan menguasai kami.
Kami tau engkau sudah mengatur semua skenario ini dengan baik.
Tuhan tolong percepat pertolongan itu.

No comments:

Post a Comment